Senin, 18 Juni 2012

Komunikasi depan umum




Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik. Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.
Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara , yaitu :

Percaya Diri, jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai presentasinya.
Kejelasan Suara, gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup sedang2 saja dan jangan menggunakan istilah2 yang sulit dimengerti oleh audien karena tingkat pengetahuan dari masing2 audien tidak sama. Penggunaan istilah2 umum mungkin akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
Ekspresi/Gerak Mimik, seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat kebosanan melihat cara berbicara kita.
Kelancaran Komunikasi, agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan haruslah lancar dan terunut dengan baik.
Kiat-kiat berbicara di depan umum:

Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar tidak terjadi salah komunikasi.
Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompat-lompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak tentu arahnya.
Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte audien.
Siap Sebelum Bicara
Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.
1. Mengapa: Menetapkan Sasaran
Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.


2. Siapa: Pendengar
Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.

Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
Berapa banyak orang yang hadir?
Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
3. Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :

Melakukan praktek : Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.
Mempelajari sarana yang tersedia : Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
Meneliti gangguan yang mungkin timbul : Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
Tata letak tempat duduk : Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.
4. Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu.

Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi : Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
Berapa lama waktu yang digunakan : Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.
Masalah konsentrasi : Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
5. Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan:

Menyusun dan memilih bahan
Gunakan contoh
Membuka dan menutup pembicaraan
Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan.
6. Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :
7%: penggunaan kata
38%: penggunaan nada dan suara
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
1. Pemilihan kata
Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan masalah.
2. Teknik penyampaian berita
Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain:

Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat.
Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima.
Bicara dengan jelas dan teratur.
Bicara dengan volume memadai.
3. Bahasa tubuh
Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.


Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :

Tatap mata pendengar -> Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan.
Senyum -> Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.
Hindari membuat jarak -> Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar.
Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku -> Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan.
Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian -> Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga mengulang kata-kata yang sama.
Berusahalah sewajar mungkin -> Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan, apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara lain:
1. Partisipasi sidang pendengar
2. Sesi untuk tanya jawab
3. Antusiasme
4. Situasi yang menyenangkan
5. Pendengar yang ‘sulit’
6. Gunakan alat bantu


Hambatan dalam komunikasi di depan umum


a) Tipe kelinci


Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya. Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.


b) Belum terbiasa


Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.


c) Kurang persiapan


Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh penampilannya akan berhasil.


d) Kondisi tidak sehat


Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.


e) Motivasi tidak kuat


Berkali-kali tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas. Berhasil atau tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan. Seorang pembicara memerlukan motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat. Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik perhatian, mencari nama, memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.


f) Menyia-nyiakan kan bakat khusus


Tidak melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu keberhasilan bagi orang tersebut.

Komunikasi AntarPribadi dan Keterampilan Komunikasi

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI


Pengertian Keterampilan Komunikasi
Komunikasi atau ”communication" berasal dari bahasa latin "communis". atau dalam Bahasa Inggrisnya "commun" secara etimologi berarti "sama". Berkaitan dengan hal ini Sowandi (1996:13) mengemukakan, "Apabila kita berkomunikasi (to commumcate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan".
Secara terminologis, komunikasi merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan. Sehubungan dengan hal ini Effendi (1996:6) mengemukakan bahwa, "Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku". Sejalan dengan hal ini Supihara (1999:15) menyatakan, "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan-pesan baik secara lisan maupun mempergunakan informasi". Komunikasi menurut Bulatau (2007:70) dapat pula dipahami, ”Sebagai pengungkapan pribadi kepada orang lain".
Pendapat lain tentang komunikasi sebagaimana dijabarkan oleh Suprapto dan Fahrianoor (2004:5) yang menyebutkan bahwa :
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dwiperson atau lebih yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan memahami persoalan-persoalan yang dialami oleh personil teriibat dalam komunikasi tersebut. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampaian pesan belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak saja) melainkan lebih kepada jalinan antar personal (pribadi) antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan komunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah, ”Kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan)”. Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah, ”Keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.


1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi
Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Menurut Asrori (2003:136) ialah, “Komunikasi verbal, komunikasi fisik, komunikasi emosional”. Berikut penjelasan tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk masing-masing komunikasi tersebut :
a. Keterampilan komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi bila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain.
Ini berarti, komunikasi verbal adalah komunikasi yang secara nyata dapat dilihat melalui percakapan antara dua orang atau lebih, sehingga setiap orang yang melakukan komunikasi verbal perlu untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, tata bahasa yang baik dan sopan, sehingga pesan yang disampaikan dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan (lawan bicara).


b. Keterampilan komunikasi fisik
Komunikasi fisik adalah komunikasi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya, ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik dan kontak mata.
Berarti, dalam menggunakan komunikasi fisik, seseorang diharuskan memiliki kemampuan untuk menggunakan anggota tubuh secara tepat dan sesuai dengan yang disampaikan, agar pesan dapat mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan.


c. Keterampilan komunikasi emosional
Komunikasi emosional adalah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya, mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
Berdasarkan pendapat ini, seseorang yang dikatakan terampil melakukan komunikasi emosional adalah apabila dalam melakukannya ia tetap berada pada kondisi mental dan kejiwaan yang stabil, sehingga hal-hal yang bersifat bentuk komunikasi emosinal seperti sedih, haru dan senang tetap terlihat dalam bentuk yang wajar dan tidak berlebihan.


2. Upaya Pengembangan Keterampilan Komunikasi
Banyak orang memiliki kemampuan dan keinginan yang besar, tetapi karena ia tidak dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain, kemampuan atau keinginan itu tidak dapat dikembangkan atau terpenuhinya. Agar hal ini tidak terjadi, maka diperlukan adanya upaya pengembangan keterampilan komunikasi yang dilakukan. Hafied Changara (2007:91) mengemukakan bahwa, “Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikan harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive) dan kekuatan (power)”. Ketiga hal ini perlu dikembangkan oleh setiap orang yang menginginkan komunikasi yang dilakukannya berhasil :


a. Kepercayaan (credibility)
Komunikator yang baik dan efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut Kathleen S. Abraham (1997:181) kredibilitas adalah, "seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh pendengarnya."
Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi yang baik dan berdasar.


b. Daya tarik (attractive)
Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Hafied Changara (2007:94) mengemukakan bahwa, “Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic).
Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.
Katherin Miller (2005:59) mengemukakan bahwa, "komunikator yang mampu menjadi pribadi yang menyenangkan dan memiliki penampilan fisik yang menarik akan dengan mudah diterima oleh khalayak." Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya tarik maka seseorang harus mampu belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang menyenangkan dan menjaga penampilan fisik.


c. Kekuatan (power)
Kekuatan dapat diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.
Selanjutnya, Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kepercyaan diri dalam komunikasi akan tumbuh apabila komunikator mampu memproyeksikan dirinya ke dalam orang lain”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, apabila seseorang ingin memiliki kekuatan dalam berkomunikasi, maka ia harus mampu mengembangkan kepercayaan dirinya.

Komunikasi Massa

Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.
Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa. Massa sendiri artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik.
William R. Rivers dkk. membedakan antara communication dan communications. Communication adalah proses berkomunikasi. Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.
Edward Sapir: Communication = proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Communications = teknik-teknik sekunder, instrumen dan sistem yang mendukung proses komunikasi, e.g. kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, pemancar siara radio/TV.

William R. Rivers dkk.:
Komunikasi Massa dapat diartikan dalam dua cara:


Komunikasi oleh media.
Komunikasi untuk massa.
Namun, Komunikasi Massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung memilih khalayak; demikian pula, khalayak pun memilih-milih media.

Karakteristik Komunikasi Massa menurut William R. Rivers dkk.:


Satu arah.
Selalu ada proses seleksi –media memilih khalayak.
Menjangkau khalayak luas.
Membidik sasaran tertentu, segmentasi.
Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers); media dan masyarakat saling memberi pengaruh/interaksi.
McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:


Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.
Denis McQuail tentang Media:


Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain.
Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Lengkapnya, Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :


Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.

Karakteristik Media Massa:


Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.

Komunikasi Antar Budaya

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinyakomunikasi yang efektif (Chaney & Martin, 2004, p. 11). Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.

Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules),jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group).

Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik.
Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):
1. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

Gaya - Gaya Komunikasi AntarPribadi

Suatu kebudayaan dimana suatu prosedur pengalihan informasimenjadi lebih sukar dikomunikasikan biasa disebut High Context Culture (HCC). Sebaliknya, kebudayaan di mana suatu prosedur pengalihan informasimenjadi lebih mudah dikomunikasikan biasa disebut Low Context Culture
(LCC). Para anggota kebudayaan HCC sangat mengharapkan agar digunakancara-cara yang lebih praktis yang dapat menolong mereka dalam mengaksesinformasi dalam variasi stuasi apapun. Hal ini karena kebudayaan masyarakatHCC umunya bersifat implisit, mungkin sekali apa yang hendak disampaikantersebut sudah ada dalam nilai-nilai, norma-norma, dan sistem kepercayaanmereka. Berbeda halnya dengan kebiasaan HCC, anggota kebudayaan LCCsangat berharap agar tidak menggunakan cara-cara praktis hanya untuk menolong mereka mengakses informasi dalam variasi situasi apapun. PadaLCC, cukup diberikan diberikan informasi secara garis besar saja dan merekamampu mengaksesnya dengan mudah. Hal ini karena kebudayaan masyarakatLCC umumnya bersifat eksplisit, dan banyak informasi yang disampaikanmungkin sekali belum atau kurang diperhatikan dalam sistem nilai, norma,dan sistem kepercayaan mereka (Stella Ting Toomey, 1986;1988).

Anggota kebudayaan LCC memakai gaya komunikasi langsung.Mereka mencari dan menyerap informasi langsung dari sumbernya. Gayakomunikasi mereka lebih mengutamakan pertukaran informasi secara verbal(hanya sedikit didukung oleh pesan non verbal), pertemuannya bersifatformal, tatap muka, tanpa basa-basi, dan langsung pada tujuan. Sedangkanpada budaya HCC selalu menggunakan gaya komunikasi tidak langsung.Gaya komunikasi kurang formal, pesan-pesan lebih banyak didukung olehpesan non verbal, lebih menyukai cara berkomunikasi dengan tatap muka, jika perlu dengan basa-basi dan ritual.Komunikasi antar budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara dangaya, diantaranya negosiasi, pertukaran simbol, sebagai pembimbing perilakubudaya untuk menujukkan fungsi sebuah kelompok. Dengan pemahamanmengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi dapatdilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapatmewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat.Dengan komunikasi yang intensif kita dapat memahami akar permasalahansebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, dan dapatmengurangi tumbuhnya konflik sosial.Adapun gaya komunikasi antar budaya dalam proses negosiasi yaitu,anggota masyarakat kebudayaan LCC cenderung melakukan negosiasi yangbersifat linier dan logis dalam menyelesaikan masalah. Analisis merupakansuatu prosedur yang esensial dari kebudayaan ini, negosiasi harus singkat dantidak bertele-tele, masuk akal, pakai otak, dan menggunakan pendekatan
bargaining
. Contohnya saja dalam gaya komunikasi untuk menyelesaikankonflik, mereka menjadikan informasi sebagai hal penting dalam prosesresolusi konflik yang kadang-kadang menggunakan pendekatan konfrontasi.Sebaliknya pada masyarakat kebudayaan HCC memakai sistem perundinganyang halus, pilihan komunikasinya meliputi perasaan dan intuisi. Gaya HCClebih mengutamakan hati daripada logika. Budaya HCC selalu menggunakangaya komunikasi tidak langsung dalam menyelesaikan konflik, mereka tidak menjadikan informasi sebagai sesuatu yang utama dalam proses resolusi konflik, tetapi mengutamakan faktor-faktor relasi antar manusia, emosibudaya, yang kadang-kadang menggunakan pendekatan
human relations.Telah dijelaskan sebelumnya, komunikasi antarbudaya pada intinyabermakna proses komunikasi antarpribadi (komunikator dan komunikan)yang berbeda latar belakang budaya. Dengan demikian, secara umum dannormatif, komunikasi antarpribadi itu mengandalkan gaya berkomunikasiyang dihubungkan dengan nilai-nilai yang dianut orang. Nilai-nilai ituberbeda diantara kelompok etnik yang dapat menunjang atau mungkinmerusak perhatian tatkala orang berkomunikasi. Di sini, gaya itu bisaberkaitan dengana individu maupun gaya dari sekelompok etnik. Begitulahpendapat Candia Elliot (1999) yang menjelaskan bagaimana pengaruh gayapersonal.Dalam komunikasi antarbudaya, gaya personal mempengaruhikomunikasi antarpribadi. Gaya komunikasi personal dapat ditunjukkandengan cara kognitif maupun sosial. Banyak tipe atau gaya personal yangdimiliki manusia dalam melakukan proses komunikasi. Diantaranya, terdapatorang yang senang bercakap dengan menampakkan wajah senang atau penuhdengan kehangatan, namun ada pula orang yang bercakap dengan wajahdingin dan kurang bersahabat, inilah yang biasanya kemudian lawanbicaranya memiliki perasaan kurang enak. Terkadang juga dapat berhadapandengan orang yang bersikap otoriter, namun akan ditemui pula orang yangbersikap sangat demokratis. Ada orang yang menghargai lawan bicara dengancara menatap mata, namun ada pula yang bersikap acuh dan menatap kesegala arah saat proses komunikasi berlangsung. Ada yang berkomunikasidengan nada suara tinggi, namun ada pula yang bicara cukup dengan suaralembut

Komunikasi di Depan Umum

4 Nilai dasar Terampil berbicara di depan umum


Deskripsi
Apakah belajar Public Speaking begitu sulit ?
Kalau jawaban anda bahwa belajar Public Speaking itu sulit, tentu akan jauh lebih sulit lagi untuk melakukan Public Speaking ( Berbicara di depan umum ). Sebagian besar orang yang kesulitan berbicara di depan umum
( Public Speaking ) berasal dari cara berpikir yang kurang benar. Cara berpikir yang cepat sekali menvonis, menilai segala sesuatu itu benar atau salah, 0 atau 100. Cara berpikir konservatif seperti itu seharusnya ditinggalkan Peningkatan kecerdasan manusia yang terus menerus terjadi menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu relatif adanya. Di pandang dari sudut manusia, tidak ada nilai mutlak, tidak ada benar semua atau salah semua..
Segala sesuatu yang akan anda lakukan bermula dari apa yang anda pikirkan. Demikian pula dalam hal Public Speaking. Ketakutan untuk Public Speaking bisa melanda siapa saja;muda tua dan apapun profesinya;pelajar, mahasiswa, sekretaris, guru, dosen, networker, agen asuransi, manager, direktur, pemilik usaha dan lainnya.
Kegiatan saya di MPI mengajar Public Speaking, mempertemukan saya dengan orang dari segala kalangan seperti yang saya sebutkan di atas. Di antara mereka adalah orang-orang yang kesehariannya sudah terbiasa memberikan pelatihan, mengajar, memimpin rapat dan sebagainya. Namun mereka merasa masih kurang terampil, bicara kurang menarik minat audiencenya. Saya pribadi memberikan apresiasi yang tinggi untuk semangat mereka yang luar biasa untuk terus belajar.
Latar belakang Public Speaking saya yang mulai dari nol dan pengalaman-pengalaman melatih Public Speaking memberikan saya banyak inspirasi dan pembelajaran yang sungguh menyenangkan. Saat-saat paling menyenangkan bagi saya dalam mengajar Public Speaking adalah saat-saat di mana murid-murid saya mengalami perkembangan yang sangat berarti dari sesi ke sesi, bukan dari hari ke minggu, apalagi ke tahun.
Pada setiap awal kelas Public Speaking, saya selalu memulai dengan 4 nilai dasar sukses untuk terampil berbicara di depan umum. 4 nilai dasar sukses ini sebenarnya tidak hanya untuk belajar Public Speaking, tetapi untuk meraih sukses di kehidupan.
Adapun 4 Nilai dasar sukses yaitu :

Mengerti tujuan

Public Speaking adalah salah satu bagian dari komunikasi. Anda harus memahami bahwa tujuan komunikasi adalah supaya orang lain mengetahui apa yang anda sampaikan, melaksanakan apa yang anda mau, mengikuti apa yang anda katakan. Setiap profesi punya tujuan yang berbeda dalam Public Speaking. Tentu seorang MC punya tujuan yang berbeda dengan seorang Sekretaris, seorang Motivator dalam berbicara di depan umum. Begitu juga dengan seorang pelawak, guru, pemilik usaha, manager atau dosen. Jadi tanyakan pada diri anda, apa profesi anda dan apa tujuan anda berbicara di depan umum ? ( Public Speaking )


Keyakinan

Tidak ada sesuatu apapun yang bisa berhasil dengan baik, jika tak ada keyakinan yang ada pada diri anda. Keyakinan bahwa anda bisa berbicara di depan umum sebenarnya anda sudah 50 % bisa berbicara di depan umum. Bagaimana cara anda meyakinkan bahwa anda bisa berbicara di depan umum ? Belajar melihat dari pengalaman orang lain, seperti saya misalnya.Lalu belajar dari pengalaman sendiri. Apakah anda pernah tahu bahwa saat anda lahir pertama kali di dunia, sesungguhnya anda hanya bisa menangis;sakit menangis, lapar menangis, kepanasan menangis, kedinginan menangis, ditinggal menangis. Saat itu yang bisa anda lakukan hanya itu saja bukan?. Tetapi waktu berjalan dan anda mulai meniru orang-orang sekitar anda berbicara, lalu perlahan tapi pasti, akhirnya anda bisa berbicara begitu lancar seperti hari ini. Public Speaking juga demikian, anda bertemu dengan mentor/guru yang tepat, lalu anda mulai belajar, tanamkan keyakinan dan saya pastikan anda pun akan bisa.

Semangat

Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bisa berhasil tanpa adanya semangat. Bahkan anda lahir di dunia ini bukankah karena ada semangat?. Ketika semangat muncul di dalam diri anda, maka energi akan mengalir ke seluruh tubuh anda, dan sesaat kemudian tubuh anda mulai terasa hangat. Rasa hangat ini menandakan kehidupan terus berlangsung. Bandingkan sebaliknya saat anda bangun tidur, anda loyo, maka seharian juga akan loyo. Semangat dalam Public Speaking pun sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa grogi, rasa gugup kita.


Rasa gembira / bahagia

Bagaimana saatnya saat pertama kali anda jatuh cinta?
Saat pertama kali anak anda lahir ?,
saat pertama kali anda diterima bekerja dan sebagainya ? Jawaban sederhananya pasti muncul rasa senang/bahagia?.
Belajar Public Speaking juga begitu. Anda tidak akan pernah bisa mencapai hasil yang menggembirakan selama anda tidak gembira. Selama beban ketakutan, kecemasan, bayang bayang ditertawakan, dikritik, dicaci muncul dalam pikiran anda, selama itu pula sebenarnya anda akan kehilangan bahan-bahan yang anda pikir sudah anda kuasai. Anda harus pahami bahwa pikiran anda hanya memunculkan 1 hal dalam 1 waktu saat anda berpikir. Artinya anda punya pilihan ketika sedang berbicara di depan umum, takut atau bahagia ?. Saya sering katakan kepada murid-murid saya bahwa ketika mereka maju ke depan, lalu orang-orang menertawakan mereka, sebenarnya saat itu mereka sedang berbuat kebajikan. Ya karena bisa menyenangkan orang lain itu pun kebajikan. Bayangkan mungkin saja orang-orang tersebut sudah seminggu tidak tertawa karena bertengkar dengan pasangannya, stress karena putus cinta, baru dimarahin bos dan sebagainya.
Kalau anda bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, maka tentu kemajuan anda dalam segala bidang akan tumbuh begitu pesat.
Jadi tumbuhkan rasa gembira/bahagia saat anda melakukan apapun juga.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi anda untuk tumbuh berkembang menjadi seorang yang terampil berbicara di depan umum.

Analisis Komunikasi AntarPribadi

SUASANA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Menurut teori Fundamental Intepersonal Relationsip Orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.


Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.A. Konflik
Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:


Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan situasi baru.B. Darurat
Thmaslisan , 1997. Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:


Perspektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian.
Meta perspektif, apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain.
Meta - meta perspektif, adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita.Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual pada manusia.

PRAKTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN
Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut


Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.A. Latar Sosial
Relasi antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini. Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri (self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya.

B. Latar Bisnis

Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staf dan karyawan merasa :


Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan.
Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf dan karyawan.
Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan produktifitas organisasi tersebut.