Senin, 18 Juni 2012

Komunikasi depan umum




Berbicara didepan publik/umum merupakan kegiatan yang pada dasarnya dilakukan dalam rangka komunikasi. Pembicara memiliki ide yang dapat berupa pengetahuan, pengalaman, cita-cita, keinginan, perasaan, dan sebagainya itu akan disampaikan kepada publik. Bagaimana cara menyampaikannya?
Pembicara menyajikan idenya mempergunakan kode, tanda atau lambing. Kode utama yang diperlukan pembicara adalah bahasa. Bahasa yang disusun begitu rupa untuk untuk menyampaikan ide ini biasa disebut wacana. Karena pembicara ingin menyampaikan idenya secara langsung kepada publiknya. Wujud wacananya adalah wacana lisan. Publik mendengarkan wacana lisan pembicara serta menyaksikan ekspresi wajah, gerak anggota tubuh, dan penampilan pembicara.publik aktif menafsirkan ide yang ingin disampaikan pembicara dengan mempergunakan wacana lisan dan seluruh ekspresinya itu.
Apa tujuan utama orang berbicara di depan umum? Tujuan orang berbicara didepan umum adalah agar umum memiliki ide seperti yang dimiliki pembicara. Dengan kata lain, tercipta kebersamaan dalam ide. Pembicara dan publik sama-sama memiliki ide yang sama.
Untuk memulai berbicara didepan forum umum, ada 4 faktor yang harus dimiliki oleh seorang pembicara , yaitu :

Percaya Diri, jika seorang pembicara tidak percaya diri maka akan sulit baginya untuk menyampaikan ide dan gagasan yang ada didalam pikirannya. Hal ini disebabkan hatinya sudah diliputi rasa grogi,malu atau takut sehingga bingung harus menyampaikan apa dan tidak tahu dari manakah untuk memulai presentasinya.
Kejelasan Suara, gunakan suara yang dapat didengar jelas oleh audien (pendengar). Volume suara cukup sedang2 saja dan jangan menggunakan istilah2 yang sulit dimengerti oleh audien karena tingkat pengetahuan dari masing2 audien tidak sama. Penggunaan istilah2 umum mungkin akan sangat membantu para audien memahami apa yang kita sampaikan.
Ekspresi/Gerak Mimik, seorang pembicara juga merupakan seorang aktor dihadapan audiennya. Penggunaan ekspresi yang tepat sesuai tema pembicaraan kita akan dapat membuat audien menjadi lebih semangat untuk mengikuti setiap detil pembicaraan kita dan terhindar dari kantuk akibat kebosanan melihat cara berbicara kita.
Kelancaran Komunikasi, agar audien dapat menangkap maksud penyampaian pembicara maka cara menyampaikan haruslah lancar dan terunut dengan baik.
Kiat-kiat berbicara di depan umum:

Menguasai medan dan mengetahui siapa calon pendengar terlebih dahulu sehingga dapat menyusun strategi agar mereka dapat antusias sewaktu kita mulai berbicara.
Gunakan tema pembicaraan yang sesuai dengan tingkat kemampuan daya tangkap pendengar/audien sehingga mereka tidak menjadi bosan dan kemudian mengabaikan pembicaraan kita. Audien cenderung bosan dan mengobrol atau mengantuk ketika pembicara menyampaikan materi yang tidak bisa ditangkapnya.
Menggunakan pilihan kosakata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pendengar agar tidak terjadi salah komunikasi.
Jika terjadi gangguan psikologis, sebaiknya alihkan perhatian kita dengan cara memegang sesuatu atau menggunakan media sehingga rasa stress/kuatir dapat kita alirkan ke media tersebut sehingga tidak mengganggu konsentrasi sewaktu berbicara.
Berani memulai berbicara dan berusahalah mencari celah untuk menarik antusiaisme audien guna menghidupkan suasana komunikasi kita.
Sebagai pembicara kita harus tenang untuk menghindari alur berpikir yang melompat-lompat / cerita yang tidak runtut sehingga dapat membuat pembicaraan kita terlihat tidak tentu arahnya.
Beri penekanan pada topik yang menjadi tujuan kegiatan berbicara tersebut dengan cara menyampaikan suatu kalimat secara berulang-2 secara tepat sehingga tidak terkesan mendikte audien.
Siap Sebelum Bicara
Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa, siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.
1. Mengapa: Menetapkan Sasaran
Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran. Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.


2. Siapa: Pendengar
Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.

Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
Berapa banyak orang yang hadir?
Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
3. Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara :

Melakukan praktek : Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.
Mempelajari sarana yang tersedia : Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
Meneliti gangguan yang mungkin timbul : Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
Tata letak tempat duduk : Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.
4. Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu.

Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi : Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
Berapa lama waktu yang digunakan : Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.
Masalah konsentrasi : Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
5. Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan:

Menyusun dan memilih bahan
Gunakan contoh
Membuka dan menutup pembicaraan
Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan.
6. Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata. Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :
7%: penggunaan kata
38%: penggunaan nada dan suara
55%: penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
1. Pemilihan kata
Kata-kata yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan taraf pendengar, begitu juga penggunaan istilah. Sadari bahwa penggunaan kata-kata yang tidak tepat akan menimbulkan masalah.
2. Teknik penyampaian berita
Tidak banyak orang yang mampu menyampaikan berita dengan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan berita, antara lain:

Gunakan ekspresi dan intonasi yang tepat.
Diam sejenak untuk membantu peserta agar dapat mencerna materi yang sudah diterima.
Bicara dengan jelas dan teratur.
Bicara dengan volume memadai.
3. Bahasa tubuh
Di samping penyampaian dengan menggunakan kata, maka kesuksesan dalam pembicaraan justru bergantung pada hal yang non kata, seperti: gerakan tubuh, tangan, kontak mata, cara berdiri, dan ekspresi muka. Jangan terpaku di satu tempat seperti patung atau sibuk membaca catatan.


Berikut ini beberapa saran untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain :

Tatap mata pendengar -> Kontak mata pembicara adalah vital untuk mengetahui apakah pendengar mengantuk, bosan, tidak paham, atau nampak tidak tertarik serta untuk mempertahankan minat pendengar atas apa yang Anda sampaikan.
Senyum -> Manfaat dari tersenyum adalah mengendorkan ketegangan.
Hindari membuat jarak -> Anda perlu mendekatkan diri dengan pendengar. Kalau Anda bicara di depan kelas yang pesertanya duduk, Anda bisa jalan-jalan di antara meja mereka. Berdiri di belakang meja atau di belakang papan tulis akan menciptakan jarak dengan pendengar.
Berdirilah yang tegak tapi tidak kaku -> Berdiri tegak dan kaku, dapat menciptakan ketegangan.
Sadari kecenderungan untuk jadi pusat perhatian -> Ini tidak berarti pembicara harus berdiri dengan kaku, tapi gerakan-gerakan tangan perlu ada untuk yang ingin disampaikan. Hindari berlebihan menggunakan gerakan, hindari juga mengulang kata-kata yang sama.
Berusahalah sewajar mungkin -> Agar bisa bertingkah laku secara wajar, berhentilah untuk mencemaskan diri sendiri. Cara yang efektif untuk bisa menjadi wajar adalah dengan latihan bicara di depan kamera sehingga pembicara dapat melihat diri sendiri atau bicara di depan teman-teman.
Meningkatkan Kualitas
Banyak cara yang dapat digunakan dalam rangka menghidupkan suasana pembicaraan, apalagi bila waktu bicara cukup panjang. Beberapa cara yang dapat Anda gunakan antara lain:
1. Partisipasi sidang pendengar
2. Sesi untuk tanya jawab
3. Antusiasme
4. Situasi yang menyenangkan
5. Pendengar yang ‘sulit’
6. Gunakan alat bantu


Hambatan dalam komunikasi di depan umum


a) Tipe kelinci


Persoalan diri sendiri yang pertama-tama harus didobrak adalah bersikap seperti kelinci, yaitu menolak kesempatan untuk tampil. Kelinci akan lari sebelum berhadapan dengan musuhnya. Jika tidak mendobrak sikap ini, rasa takut akan terus menghantui. Tidak berani menampilkan diri dengan berbagai dalih tidak mengatasi persoalan, justru member persoalan.


b) Belum terbiasa


Jika rasa takut teratasi dan telah tampil didepan umum, masalah berikutnya membiasakan diri tampil depan umum. Tampil lagi, tampil lagi, tampil lagi, dan tampil kesekian kalinya akan membebaskan dari rasa takut. Selanjutnya akan merasa tenang dan aman.


c) Kurang persiapan


Secakap apapun seorang pembicara, jika kurang persiapannya jangan diharapakan dia tampil optimal. Sebaliknya, seorang pemula yang menyiapkan diri secara sungguh-sungguh penampilannya akan berhasil.


d) Kondisi tidak sehat


Pembicara amatir biasanya tidak menjaga kesehatan dirinya. Apa yang terjadi? Sewaktu akan tampil bisa jatuh sakit. Dia bisa tidak jadi tampil. Jelas ini tidak professional. Seorang pembicara harus memelihara kesehatan dirinya: badannya, jiwanya, dan pribadinya secara utuh. Agar badan sehat orang perlu makan cukup, istirahat, tidur dan berolahraga teratur.


e) Motivasi tidak kuat


Berkali-kali tampil , tetapi tanpa motivasi yang kuat tidak akan banyak hasilnya. Apalagi tampil seperti anak domba yang diseret ke kandang. Asal melaksanakan tugas. Berhasil atau tidak, tidaklah penting. Yang penting perintah dilaksanakan. Seorang pembicara memerlukan motivasi. Ada banyak motivasi yang dapat mendorong seseorang tampil sebagai pembicara, namun tidak semua motivasi itu kuat. Beberapa motivasi tersebut antara lain: menarik perhatian, mencari nama, memperebut kedudukan, mencari uang, dan sebagainya. Sedangkan motivasi yang sehat dan tahak uji antara lain cinata sesama, cinta nusa dan bangsa, dan cinta kepada tuhan. Pembicara yang tampil dengan motivasi yang kuat pada umumnya akan bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak putus asa apabila gagal.


f) Menyia-nyiakan kan bakat khusus


Tidak melatih bakat yang dimiliki, padahal jika potensi ini digali bisa menjadi suatu keberhasilan bagi orang tersebut.

Komunikasi AntarPribadi dan Keterampilan Komunikasi

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI


Pengertian Keterampilan Komunikasi
Komunikasi atau ”communication" berasal dari bahasa latin "communis". atau dalam Bahasa Inggrisnya "commun" secara etimologi berarti "sama". Berkaitan dengan hal ini Sowandi (1996:13) mengemukakan, "Apabila kita berkomunikasi (to commumcate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan".
Secara terminologis, komunikasi merupakan suatu istilah yang menunjukkan suatu proses hubungan antara individu satu dengan lainnya yang berisi kegiatan menyampaikan dan menerima pesan. Sehubungan dengan hal ini Effendi (1996:6) mengemukakan bahwa, "Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap-sikap, pendapat atau perilaku". Sejalan dengan hal ini Supihara (1999:15) menyatakan, "Komunikasi adalah proses penyampaian pesan-pesan baik secara lisan maupun mempergunakan informasi". Komunikasi menurut Bulatau (2007:70) dapat pula dipahami, ”Sebagai pengungkapan pribadi kepada orang lain".
Pendapat lain tentang komunikasi sebagaimana dijabarkan oleh Suprapto dan Fahrianoor (2004:5) yang menyebutkan bahwa :
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol atau lambang yang melibatkan dwiperson atau lebih yang terdiri atas pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) dengan maksud untuk mencapai tujuan bersama mengenai masalah atau persoalan masing-masing pihak.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai makna hakiki komunikasi yaitu suatu proses interaksi yang didalamnya terdapat maksud saling melengkapi, memperbaiki, dan memahami persoalan-persoalan yang dialami oleh personil teriibat dalam komunikasi tersebut. Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa komunikasi tidak sekedar media penyampaian pesan belaka (yang mungkin menguntungkan salah satu pihak saja) melainkan lebih kepada jalinan antar personal (pribadi) antar pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan baik dan lancar serta memberi manfaat baik bagi pihak penyampai pesan maupun bagi pihak penerima pesan, maka diperlukan adanya keterampilan komunikasi. Menurut Hafied Changara (2007:85) keterampilan komunikasi adalah, ”Kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan)”. Selanjutnya menurut Anwar Arifin (2008:58) kemampuan komunikasi adalah, ”Keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi.


1. Jenis-jenis Keterampilan Komunikasi
Setiap komunikasi yang dilakukan, tentunya diharapkan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Komunikasi akan berjalan dengan dinamis, apabila disertai adanya suatu reaksi dari pihak penerima pesan. Menurut Asrori (2003:136) ialah, “Komunikasi verbal, komunikasi fisik, komunikasi emosional”. Berikut penjelasan tentang keterampilan yang dibutuhkan untuk masing-masing komunikasi tersebut :
a. Keterampilan komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang terjadi bila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunakan alat artikulasi atau pembicaraan. Prosesnya terjadi dalam bentuk percakapan satu sama lain.
Ini berarti, komunikasi verbal adalah komunikasi yang secara nyata dapat dilihat melalui percakapan antara dua orang atau lebih, sehingga setiap orang yang melakukan komunikasi verbal perlu untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan kata-kata, tata bahasa yang baik dan sopan, sehingga pesan yang disampaikan dapat mudah ditangkap oleh penerima pesan (lawan bicara).


b. Keterampilan komunikasi fisik
Komunikasi fisik adalah komunikasi yang terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya, ekspresi wajah, posisi tubuh, gerak-gerik dan kontak mata.
Berarti, dalam menggunakan komunikasi fisik, seseorang diharuskan memiliki kemampuan untuk menggunakan anggota tubuh secara tepat dan sesuai dengan yang disampaikan, agar pesan dapat mudah diterima dan dipahami oleh penerima pesan.


c. Keterampilan komunikasi emosional
Komunikasi emosional adalah interaksi yang terjadi manakala individu melakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan. Misalnya, mengeluarkan air mata sebagai tanda sedih, haru, atau bahkan terlalu bahagia.
Berdasarkan pendapat ini, seseorang yang dikatakan terampil melakukan komunikasi emosional adalah apabila dalam melakukannya ia tetap berada pada kondisi mental dan kejiwaan yang stabil, sehingga hal-hal yang bersifat bentuk komunikasi emosinal seperti sedih, haru dan senang tetap terlihat dalam bentuk yang wajar dan tidak berlebihan.


2. Upaya Pengembangan Keterampilan Komunikasi
Banyak orang memiliki kemampuan dan keinginan yang besar, tetapi karena ia tidak dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain, kemampuan atau keinginan itu tidak dapat dikembangkan atau terpenuhinya. Agar hal ini tidak terjadi, maka diperlukan adanya upaya pengembangan keterampilan komunikasi yang dilakukan. Hafied Changara (2007:91) mengemukakan bahwa, “Untuk mencapai komunikasi yang mengena, seorang komunikan harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive) dan kekuatan (power)”. Ketiga hal ini perlu dikembangkan oleh setiap orang yang menginginkan komunikasi yang dilakukannya berhasil :


a. Kepercayaan (credibility)
Komunikator yang baik dan efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Menurut Kathleen S. Abraham (1997:181) kredibilitas adalah, "seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima dan diikuti oleh pendengarnya."
Pengembangan kepercayaan (credibility) dapat dikembangkan melalui teori Aristoteles. Menurut Hafied Changara (2007:91) teori tersebut adalah, “Ethos, pathos dan logos. Ethos ialah karakter pribadinya. Pathos ialah pengendalian emosi. Logos ialah kemampuan argumentasi”. Artinya, untuk mengembangkan kepercayaan atau kredibilitas, seseorang harus mampu memperkuat karakter pribadinya, mengendalikan emosinya dan memiliki kemampuan berargumentasi yang baik dan berdasar.


b. Daya tarik (attractive)
Daya tarik adalah salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang komunikator selain kredibilitas. Faktor daya tarik (attractiveness) banyak menentukan berhasil tidaknya komunikasi. Hafied Changara (2007:94) mengemukakan bahwa, “Pendengar atau pembaca bisa saja mengikuti pandangan seorang komunikator, karena ia memiliki daya tarik dalam hal kesamaan (similarity), dikenal baik (familiarity), disukai (liking) dan fisiknya (physic).
Kesamaan di sini dimaksudkan bahwa orang bisa tertarik pada komunikator karena adanya kesamaan demografis seperti bahasa, agama, suku, daerah asal dan sebagainya. Dikenal maksudnya seorang komunikator adalah seorang yang sudah lama dikenal oleh para khalayak. Disukai artinya komunikator adalah orang yang disenangi dan disukai oleh khalayak. Fisik artinya seorang komunikator akan dapat diterima dengan baik apabila memiliki tampilan fisik yang baik dan menarik.
Katherin Miller (2005:59) mengemukakan bahwa, "komunikator yang mampu menjadi pribadi yang menyenangkan dan memiliki penampilan fisik yang menarik akan dengan mudah diterima oleh khalayak." Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya tarik maka seseorang harus mampu belajar dan mengembangkan diri untuk menjadi pribadi yang menyenangkan dan menjaga penampilan fisik.


c. Kekuatan (power)
Kekuatan dapat diartikan sebagai kekuasaan dimana khalayak dengan mudah menerima suatu pendapat kalau hal itu disampaikan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kekuatan ialah kepercayaan diri yang harus dimiliki seorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain”.
Selanjutnya, Hafied Changara (2007:95) mengemukakan bahwa, “Kepercyaan diri dalam komunikasi akan tumbuh apabila komunikator mampu memproyeksikan dirinya ke dalam orang lain”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, apabila seseorang ingin memiliki kekuatan dalam berkomunikasi, maka ia harus mampu mengembangkan kepercayaan dirinya.

Komunikasi Massa

Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunaka sarana tertentu guna mempengaruhi atau mengubah perilaku penerima pesan.
Komunikasi Massa adalah (ringkasan dari) komunikasi melalui media massa (communicating with media), atau komunikasi kepada banyak orang (massa) dengan menggunakan sarana media. Media massa sendiri ringkasan dari media atau sarana komunikasi massa. Massa sendiri artinya “orang banyak” atau “sekumpulan orang” –kelompok, kerumunan, publik.
William R. Rivers dkk. membedakan antara communication dan communications. Communication adalah proses berkomunikasi. Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.
Edward Sapir: Communication = proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Communications = teknik-teknik sekunder, instrumen dan sistem yang mendukung proses komunikasi, e.g. kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, pemancar siara radio/TV.

William R. Rivers dkk.:
Komunikasi Massa dapat diartikan dalam dua cara:


Komunikasi oleh media.
Komunikasi untuk massa.
Namun, Komunikasi Massa tidak berarti komunikasi untuk setiap orang. Pasalnya, media cenderung memilih khalayak; demikian pula, khalayak pun memilih-milih media.

Karakteristik Komunikasi Massa menurut William R. Rivers dkk.:


Satu arah.
Selalu ada proses seleksi –media memilih khalayak.
Menjangkau khalayak luas.
Membidik sasaran tertentu, segmentasi.
Dilakukan oleh institusi sosial (lembaga media/pers); media dan masyarakat saling memberi pengaruh/interaksi.
McQuail menyebut ciri utama komunikasi massa dari segi:


Sumber : bukan satu orang, tapi organisasi formal, “sender”-nya seringkali merupakan komunikator profesional.
Pesan : beragam, dapat diperkirakan, dan diproses, distandarisasi, dan selalu diperbanyak; merupakan produk dan komoditi yang bernilai tukar.
Hubungan pengirim-penerima bersifat satu arah, impersonal, bahkan mungkin selali sering bersifat non-moral dan kalkulatif.
Penerima merupakan bagian dari khalayak luas.
Mencakup kontak secara serentak antara satu pengirim dengan banyak penerima.
Denis McQuail tentang Media:


Industri pencipta lapangan kerja, barang, dan jasa serta menghidupkan industri lain.
Sumber kekuatan –alat kontrol, manajemen, dan inovasi masyarakat.
Lokasi (forum) untuk menampilkan peristiwa masyarakat.
Wahana pengembangan kebudayaan –tatacara, mode, gaya hidup, dan norma.
Sumber dominan pencipta citra individu, kelompok, dan masyarakat.
Lengkapnya, Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi :


Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.
Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.
Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.
Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.
Berlangsung satu arah (one way traffic communication).
Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.

Karakteristik Media Massa:


Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.
Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).
Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.
Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.
Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.

Komunikasi Antar Budaya

Definisi yang pertama dikemukakan didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain (Samovar & Porter, 1994, p. 19).
Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003, p. 13). Apapun definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut sedang melaksanakan proses komunikasi.

Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi atau yang juga dikenal sebagai communication barrier adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinyakomunikasi yang efektif (Chaney & Martin, 2004, p. 11). Contoh dari hambatan komunikasi antabudaya adalah kasus anggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala mempunyai arti bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan. Dengan memahami mengenai komunikasi antar budaya maka hambatan komunikasi (communication barrier) semacam ini dapat kita lalui.

Jenis-Jenis Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Hambatan komunikasi (communication barrier) dalam komunikasi antar budaya (intercultural communication) mempunyai bentuk seperti sebuah gunung es yang terbenam di dalam air. Dimana hambatan komunikasi yang ada terbagi dua menjadi yang diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Faktor-faktor hambatan komunikasi antar budaya yang berada dibawah air (below waterline) adalah faktor-faktor yang membentuk perilaku atau sikap seseorang, hambatan semacam ini cukup sulit untuk dilihat atau diperhatikan. Jenis-jenis hambatan semacam ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules),jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group).

Sedangkan terdapat 9 (sembilan) jenis hambatan komunikasi antar budaya yang berada diatas air (above waterline). Hambatan komunikasi semacam ini lebih mudah untuk dilihat karena hambatan-hambatan ini banyak yang berbentuk fisik.
Hambatan-hambatan tersebut adalah (Chaney & Martin, 2004, p. 11 – 12):
1. Fisik (Physical)
Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.
2. Budaya (Cultural)
Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.
3. Persepsi (Perceptual)
Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.
4. Motivasi (Motivational)
Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.
5. Pengalaman (Experiantial)
Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.
6. Emosi (Emotional)
Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.
7. Bahasa (Linguistic)
Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.
8. Nonverbal
Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.
9. Kompetisi (Competition)
Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

Gaya - Gaya Komunikasi AntarPribadi

Suatu kebudayaan dimana suatu prosedur pengalihan informasimenjadi lebih sukar dikomunikasikan biasa disebut High Context Culture (HCC). Sebaliknya, kebudayaan di mana suatu prosedur pengalihan informasimenjadi lebih mudah dikomunikasikan biasa disebut Low Context Culture
(LCC). Para anggota kebudayaan HCC sangat mengharapkan agar digunakancara-cara yang lebih praktis yang dapat menolong mereka dalam mengaksesinformasi dalam variasi stuasi apapun. Hal ini karena kebudayaan masyarakatHCC umunya bersifat implisit, mungkin sekali apa yang hendak disampaikantersebut sudah ada dalam nilai-nilai, norma-norma, dan sistem kepercayaanmereka. Berbeda halnya dengan kebiasaan HCC, anggota kebudayaan LCCsangat berharap agar tidak menggunakan cara-cara praktis hanya untuk menolong mereka mengakses informasi dalam variasi situasi apapun. PadaLCC, cukup diberikan diberikan informasi secara garis besar saja dan merekamampu mengaksesnya dengan mudah. Hal ini karena kebudayaan masyarakatLCC umumnya bersifat eksplisit, dan banyak informasi yang disampaikanmungkin sekali belum atau kurang diperhatikan dalam sistem nilai, norma,dan sistem kepercayaan mereka (Stella Ting Toomey, 1986;1988).

Anggota kebudayaan LCC memakai gaya komunikasi langsung.Mereka mencari dan menyerap informasi langsung dari sumbernya. Gayakomunikasi mereka lebih mengutamakan pertukaran informasi secara verbal(hanya sedikit didukung oleh pesan non verbal), pertemuannya bersifatformal, tatap muka, tanpa basa-basi, dan langsung pada tujuan. Sedangkanpada budaya HCC selalu menggunakan gaya komunikasi tidak langsung.Gaya komunikasi kurang formal, pesan-pesan lebih banyak didukung olehpesan non verbal, lebih menyukai cara berkomunikasi dengan tatap muka, jika perlu dengan basa-basi dan ritual.Komunikasi antar budaya dapat dilakukan dengan berbagai cara dangaya, diantaranya negosiasi, pertukaran simbol, sebagai pembimbing perilakubudaya untuk menujukkan fungsi sebuah kelompok. Dengan pemahamanmengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana komunikasi dapatdilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapatmewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat.Dengan komunikasi yang intensif kita dapat memahami akar permasalahansebuah konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, dan dapatmengurangi tumbuhnya konflik sosial.Adapun gaya komunikasi antar budaya dalam proses negosiasi yaitu,anggota masyarakat kebudayaan LCC cenderung melakukan negosiasi yangbersifat linier dan logis dalam menyelesaikan masalah. Analisis merupakansuatu prosedur yang esensial dari kebudayaan ini, negosiasi harus singkat dantidak bertele-tele, masuk akal, pakai otak, dan menggunakan pendekatan
bargaining
. Contohnya saja dalam gaya komunikasi untuk menyelesaikankonflik, mereka menjadikan informasi sebagai hal penting dalam prosesresolusi konflik yang kadang-kadang menggunakan pendekatan konfrontasi.Sebaliknya pada masyarakat kebudayaan HCC memakai sistem perundinganyang halus, pilihan komunikasinya meliputi perasaan dan intuisi. Gaya HCClebih mengutamakan hati daripada logika. Budaya HCC selalu menggunakangaya komunikasi tidak langsung dalam menyelesaikan konflik, mereka tidak menjadikan informasi sebagai sesuatu yang utama dalam proses resolusi konflik, tetapi mengutamakan faktor-faktor relasi antar manusia, emosibudaya, yang kadang-kadang menggunakan pendekatan
human relations.Telah dijelaskan sebelumnya, komunikasi antarbudaya pada intinyabermakna proses komunikasi antarpribadi (komunikator dan komunikan)yang berbeda latar belakang budaya. Dengan demikian, secara umum dannormatif, komunikasi antarpribadi itu mengandalkan gaya berkomunikasiyang dihubungkan dengan nilai-nilai yang dianut orang. Nilai-nilai ituberbeda diantara kelompok etnik yang dapat menunjang atau mungkinmerusak perhatian tatkala orang berkomunikasi. Di sini, gaya itu bisaberkaitan dengana individu maupun gaya dari sekelompok etnik. Begitulahpendapat Candia Elliot (1999) yang menjelaskan bagaimana pengaruh gayapersonal.Dalam komunikasi antarbudaya, gaya personal mempengaruhikomunikasi antarpribadi. Gaya komunikasi personal dapat ditunjukkandengan cara kognitif maupun sosial. Banyak tipe atau gaya personal yangdimiliki manusia dalam melakukan proses komunikasi. Diantaranya, terdapatorang yang senang bercakap dengan menampakkan wajah senang atau penuhdengan kehangatan, namun ada pula orang yang bercakap dengan wajahdingin dan kurang bersahabat, inilah yang biasanya kemudian lawanbicaranya memiliki perasaan kurang enak. Terkadang juga dapat berhadapandengan orang yang bersikap otoriter, namun akan ditemui pula orang yangbersikap sangat demokratis. Ada orang yang menghargai lawan bicara dengancara menatap mata, namun ada pula yang bersikap acuh dan menatap kesegala arah saat proses komunikasi berlangsung. Ada yang berkomunikasidengan nada suara tinggi, namun ada pula yang bicara cukup dengan suaralembut

Komunikasi di Depan Umum

4 Nilai dasar Terampil berbicara di depan umum


Deskripsi
Apakah belajar Public Speaking begitu sulit ?
Kalau jawaban anda bahwa belajar Public Speaking itu sulit, tentu akan jauh lebih sulit lagi untuk melakukan Public Speaking ( Berbicara di depan umum ). Sebagian besar orang yang kesulitan berbicara di depan umum
( Public Speaking ) berasal dari cara berpikir yang kurang benar. Cara berpikir yang cepat sekali menvonis, menilai segala sesuatu itu benar atau salah, 0 atau 100. Cara berpikir konservatif seperti itu seharusnya ditinggalkan Peningkatan kecerdasan manusia yang terus menerus terjadi menyadarkan kita bahwa segala sesuatu itu relatif adanya. Di pandang dari sudut manusia, tidak ada nilai mutlak, tidak ada benar semua atau salah semua..
Segala sesuatu yang akan anda lakukan bermula dari apa yang anda pikirkan. Demikian pula dalam hal Public Speaking. Ketakutan untuk Public Speaking bisa melanda siapa saja;muda tua dan apapun profesinya;pelajar, mahasiswa, sekretaris, guru, dosen, networker, agen asuransi, manager, direktur, pemilik usaha dan lainnya.
Kegiatan saya di MPI mengajar Public Speaking, mempertemukan saya dengan orang dari segala kalangan seperti yang saya sebutkan di atas. Di antara mereka adalah orang-orang yang kesehariannya sudah terbiasa memberikan pelatihan, mengajar, memimpin rapat dan sebagainya. Namun mereka merasa masih kurang terampil, bicara kurang menarik minat audiencenya. Saya pribadi memberikan apresiasi yang tinggi untuk semangat mereka yang luar biasa untuk terus belajar.
Latar belakang Public Speaking saya yang mulai dari nol dan pengalaman-pengalaman melatih Public Speaking memberikan saya banyak inspirasi dan pembelajaran yang sungguh menyenangkan. Saat-saat paling menyenangkan bagi saya dalam mengajar Public Speaking adalah saat-saat di mana murid-murid saya mengalami perkembangan yang sangat berarti dari sesi ke sesi, bukan dari hari ke minggu, apalagi ke tahun.
Pada setiap awal kelas Public Speaking, saya selalu memulai dengan 4 nilai dasar sukses untuk terampil berbicara di depan umum. 4 nilai dasar sukses ini sebenarnya tidak hanya untuk belajar Public Speaking, tetapi untuk meraih sukses di kehidupan.
Adapun 4 Nilai dasar sukses yaitu :

Mengerti tujuan

Public Speaking adalah salah satu bagian dari komunikasi. Anda harus memahami bahwa tujuan komunikasi adalah supaya orang lain mengetahui apa yang anda sampaikan, melaksanakan apa yang anda mau, mengikuti apa yang anda katakan. Setiap profesi punya tujuan yang berbeda dalam Public Speaking. Tentu seorang MC punya tujuan yang berbeda dengan seorang Sekretaris, seorang Motivator dalam berbicara di depan umum. Begitu juga dengan seorang pelawak, guru, pemilik usaha, manager atau dosen. Jadi tanyakan pada diri anda, apa profesi anda dan apa tujuan anda berbicara di depan umum ? ( Public Speaking )


Keyakinan

Tidak ada sesuatu apapun yang bisa berhasil dengan baik, jika tak ada keyakinan yang ada pada diri anda. Keyakinan bahwa anda bisa berbicara di depan umum sebenarnya anda sudah 50 % bisa berbicara di depan umum. Bagaimana cara anda meyakinkan bahwa anda bisa berbicara di depan umum ? Belajar melihat dari pengalaman orang lain, seperti saya misalnya.Lalu belajar dari pengalaman sendiri. Apakah anda pernah tahu bahwa saat anda lahir pertama kali di dunia, sesungguhnya anda hanya bisa menangis;sakit menangis, lapar menangis, kepanasan menangis, kedinginan menangis, ditinggal menangis. Saat itu yang bisa anda lakukan hanya itu saja bukan?. Tetapi waktu berjalan dan anda mulai meniru orang-orang sekitar anda berbicara, lalu perlahan tapi pasti, akhirnya anda bisa berbicara begitu lancar seperti hari ini. Public Speaking juga demikian, anda bertemu dengan mentor/guru yang tepat, lalu anda mulai belajar, tanamkan keyakinan dan saya pastikan anda pun akan bisa.

Semangat

Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bisa berhasil tanpa adanya semangat. Bahkan anda lahir di dunia ini bukankah karena ada semangat?. Ketika semangat muncul di dalam diri anda, maka energi akan mengalir ke seluruh tubuh anda, dan sesaat kemudian tubuh anda mulai terasa hangat. Rasa hangat ini menandakan kehidupan terus berlangsung. Bandingkan sebaliknya saat anda bangun tidur, anda loyo, maka seharian juga akan loyo. Semangat dalam Public Speaking pun sedikit demi sedikit akan mengurangi rasa grogi, rasa gugup kita.


Rasa gembira / bahagia

Bagaimana saatnya saat pertama kali anda jatuh cinta?
Saat pertama kali anak anda lahir ?,
saat pertama kali anda diterima bekerja dan sebagainya ? Jawaban sederhananya pasti muncul rasa senang/bahagia?.
Belajar Public Speaking juga begitu. Anda tidak akan pernah bisa mencapai hasil yang menggembirakan selama anda tidak gembira. Selama beban ketakutan, kecemasan, bayang bayang ditertawakan, dikritik, dicaci muncul dalam pikiran anda, selama itu pula sebenarnya anda akan kehilangan bahan-bahan yang anda pikir sudah anda kuasai. Anda harus pahami bahwa pikiran anda hanya memunculkan 1 hal dalam 1 waktu saat anda berpikir. Artinya anda punya pilihan ketika sedang berbicara di depan umum, takut atau bahagia ?. Saya sering katakan kepada murid-murid saya bahwa ketika mereka maju ke depan, lalu orang-orang menertawakan mereka, sebenarnya saat itu mereka sedang berbuat kebajikan. Ya karena bisa menyenangkan orang lain itu pun kebajikan. Bayangkan mungkin saja orang-orang tersebut sudah seminggu tidak tertawa karena bertengkar dengan pasangannya, stress karena putus cinta, baru dimarahin bos dan sebagainya.
Kalau anda bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda, maka tentu kemajuan anda dalam segala bidang akan tumbuh begitu pesat.
Jadi tumbuhkan rasa gembira/bahagia saat anda melakukan apapun juga.
Semoga tulisan ini bisa menginspirasi anda untuk tumbuh berkembang menjadi seorang yang terampil berbicara di depan umum.

Analisis Komunikasi AntarPribadi

SUASANA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI
Menurut teori Fundamental Intepersonal Relationsip Orientation (FARO), Alasan manusia menjalin relasi antarpribadi adalah untuk memenuhi tiga kebutuhan antarpribadi, yakni kebutuhan inklus, kontrol, dan kasih sayang. Oleh karena kebutuhan-kebutuhan itulah maka manusia menjalin komunikasi antarpribadi dan ralasi antarpribadi dengan sesamanya.


Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Berkomunikasi antarpribadi dalam situasi konflik, darurat, dan intim. Dalam kecerdasan jamak (multiple intellegence) satu diantaranya ada yang disebut kecerdasan antarpribadi (interpersonal intellegence) yang kecerdasan yang membuat orang bisa memahami orang lain. Orang seperti ini memiliki kemampuan menjalin relasi dan bekerja sama dengan orang lain.A. Konflik
Menurut Hocker dan Wilmot (1985;20) konflik di ekspresikan dalam proses komunikasi melalui isi dan relasi. Hocker dan Willmot(1985;39) menyajikan beberapa asusimsi yang berkaitan dengan gaya konflik yang dikembangkan individu. Asumsi – asumsi tersebut adalah sebagai berikut:


Manusia mengembangkan respon- respon terpola terhadap konflik.
Manusia mengembangkan gaya konflik untuk alasan-alasan yang bisa diterima oleh dirinya sendiri.
Tidak ada satu gaya konflik pun yang dengan sendirinya lebih baik dibandinmg dengan gaya yang lain.
Gaya manusia terus berubah guna menyesuiakan dengan tuntutan- tuntutan situasi baru.B. Darurat
Thmaslisan , 1997. Metode ini melihat, pada setiap orang yang terlibat relasi antarpribadi, ada tiga tingkatan pengalaman atau persepsi di namakan dengan istilah perspektif yaitu:


Perspektif langsung, adalah pandangan individu terhadap perilaku, objek, pribadi,peristiwa, kegiatan atau apapun uang bisa dilihat dan ditafsirkan dalam dunia keseharian.
Meta perspektif, apa yang kita bayangkan dengan apa yang kita pikirkan atau kita rasakan orang lain.
Meta - meta perspektif, adalah merupakan upaya kita untuk menentukan pengalaman atau persektif orang lain pada diri kita.Ketiga tingkatan itu menunjukan adanya lapisan perseptual pada manusia.

PRAKTIK KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM HIDUP KESEHARIAN
Asumsi-asumsi tentang orang lain ini mencakup berikut


Tindakan dan komunikasi orang lain bermakna bagi mereka sendiri meski kita tidak mengetahui apa maknanya,
Kita berkomunikasi untuk meningkatkan kontrol kita atas perilaku diri sendiri dan orang lain.
Dengan mengabaikan semua kandungan satu pesan, semua tindak komunikasi adalah signifikan lantaran memilki pengaruh yang positif dan negatif terhadap citra diri baik komunikator maupun komunikasi.
Semua orang memiliki kebutuhan psikologis dan biologis yang sama, namun persepsinya terhadap apa yang bisa memenuhi kebutuhan itu beragam karena alesan-alesan kultural dan individual.
Bagi semua orang, pemuasan berbagai kebutuhan kita untuk jangka panjang, mengharuskan orang mesti bekerja sama dan berkomunikasi dengan orang lain.A. Latar Sosial
Relasi antarpribadi yang dikembangkan merupakan relasi komunal. Kegiatan komunikasi antarpribadi tersebut di lakukan mulai dari persahabatan, hubungan antara sepasang kekasih hingga relasi dalam lembaga perkawinan. Sesuai dengan watak relasi antarpribadi yang berupa persahabatan, berpacaran atau perkawinan tidak selamanya berada dalam situasi yang intim karena adakalanya juga terjadi konflik di antara pihak-pihak yang menjalin relasi tersebut. Disamping komunikasi masa, pengalaman komunikasi terbesar manusia lainya adalah komunikasi diadik ini. Melalui komunikasi diadik, masing-masing membuka dirinya sendiri (self-disclosure) dan masing-masing berusaha memahami lebih mendalam lawan komunikasinya.

B. Latar Bisnis

Relasi antarpribadi yang sehat dan iklim komunikasi yang terbuka itu akan membuat para staf dan karyawan merasa :


Sumbangan pemikiran dan gagasanya diberi penghargaan dan pengakuan.
Keluhan yang disampaikanya akan ditangani dengan serius, dikaji, dan bahkan diselesaikan dengan cara yang memuaskan.
Orang yang posisinya tetinggi di dalam hierarki organisasi memandang tidak akan memanipulasi arus komunikasi untuk mengontrol staf dan karyawan.
Orang yang posisinya tertinggi didalam hierarki organisasi memandang staff dan karyawan sebagai manusia yang kebutuhan dan aspirasinya jauh lebih tinggi dibandingakn fungsi-fungsi organisasionalnya. Manusia tidak dipandang sebagai alat produksi melainkan merupakan manusia yang memiliki kebutuhan dan aspirasi yang apabila diperhatikan akan mampu meningkatkan produktifitas organisasi tersebut.

Teori komunikasi antarpribadi

Pengelolaan Kesan Dan Konsep Diri Dalam Komunikasi Antarpribadi


Konsep diri dan pengelolaan kesan saling berkaitan. Konsep diri merupakan suatu pengamatan yang kita lakukan terhadap diri kita bagaimana kita melihat gambaran diri dan memberikan peniaian terhadap diri kita sendiri. Sedangkan pengelolaan kesan berkaitan dengan bagaimana orang melihat kita dengan segala atribut, yang notabenenya berasal dari konsep diri kita yang kita buat. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa pengaruh orang lain ketika memandang diri kita sangat berperan dalam pembentukan konsep diri kita dan bagaimana kita mengelola kesan (impression management)

Erving Goffman menyebu pengelolaan kesan dengan teorinya yang terkenal, yang disebut dengan teori Dramaturgis. yaitu, seolah-olah manusia berada dalam dua panggung yang berbeda, yaitu panggung depan dan panggung belakang.

Dramaturgi merupakan pandangan atas kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan di panggung. Inti dari dramaturgis adalah menghubungkan tindakan dengan maknanya, alih-alih perilaku pada determinannya.

Pendekatan ini berintikan pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi dengan sesamanya, ia ingin ”mengelola” kesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain terhadap dirinya. Kehidupan diibaratkan teater. Interaksi di atas panggung yang menampilkan peran yang dimainkan oleh para aktor/aktris. Seringkali aktor/aktris tersebut melakukan pengelolaan kesan (Impression Management) itu tanpa sadar, namun ada kalanya juga ada yang sengaja untuk meningkatkan status sosialnya di mata orang lain, atau demi kepentingan finansial atau politik tertentu.

Manusia atau individu yang berperan layaknya serang pemain drama/teater, memiliki panggung depan sebagai seorang aktor/aktris, dan panggung belakang sebagai individu sosial lainnya yang juga melakukan aktivistas seperti layaknya orang kebanyakan panggung depan ini menjadi tempat pengelolaan kesan bagi sang aktris, sehinga kesan yang penonton terima atau audiencenya, bahwa aktris tersebut sangat glamor,kaya, mewah, dan tidak pernah merasa sedih. Panggung depan yang diperankan sang aktris berhasil menggiring penonton, bahwa kehidupan aktris demikian mengasyikkan. Sedangkan panggung belakang, tidak pernah ditunjukkan aktris di depan audiencenya, karena ini semacam ”rahasia pribadi” yang tidak dikonsumsi oleh penontonnya.

Sehingga, kita dapat mendefiniskan pengelolaan kesan atau Impression Management sebagai proses dimana persona berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk untuk menimbulkan kesan pada diri penanggap melalui tiga hal, yakni panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).

Konsep diri yang baik sangat berperan dalam pengelolaan kesan panggung depan dengan sempurna. Peran orang lain ketika melihat diri kita, menjadi tolok ukur bagaimana kita mengamati diri kita, dan memberikan penilaian mana yang layak dipertahankan dan mana konsep diri yang tidak. Namun, terkadang, tanpa disadari, konsep diri kita terbentuk oleh lingkungan dan orang lain. Hal ini bisa terlihat dari masa kanak-kanak, ketika orang lain yang paling dekat dengan kita adalah orang tua, maka kita sedikit banyak pasti akan dididik dan dibesarkan dengan cara orang tua kita. Konsep diri yang terbentuk sejak kecil, dapat berubah seiring waktu, tingkat kedewasaam kejiwaan, dan juga faktor lingkungan. Rasa percaya diri sangat diperlukan dalam pembentukan konsep diri yang tangguh. Rasa percaya diri ini dapat menjadi benteng menahan terpaan arus lingkungan yang dapat mengubah konsep diri kita yang telah ada.

Dalam komunikasi antarpribadi, pengelolaan kesan dan konsep diri memegang peranan penting. Panggung depan yang kita mainkan dalam komunikasi antarpribadi membuat kita berusaha menampilkan konsep diri kita yang baik. Walaupun, sebenarnya, seringkali konsep diri sudah inhern dalam kepribadian manusia, sehingga bilamana konsep dirinya sudah baik, yang tercermin dalam kepribadian dan kondisi kejiwaan yang baik, maka baik panggung depan maupun panggung belakang akan ”berpenampilan baik” dan menciptakan kesan yang baik pula.

Karena itu, untuk memiliki kehandalan dalam pengelolaan kesan, kita harus memiliki konsep diri yang baik, yang dapat dimulai dengan ”membuka diri” terhadap hal-hal yang baik, rasa percaya diri yang tinggi, sopan dan santun terhadap orang lain, seingga orang lain pun tidak segan untuk memberikan penilaian berupa masukan yang dapat membuat kita menjadi lebih baik lagi dalam menilai diri kita sendiri.
InsyaAllah.

Relasi Manusia dan Komunikasi Antarpribadi

What is Relationship ? (Apa itu Relasi?)
(Sarah Trenholm : 2000)

1. Constellation of behaviors
Relasi setara dengan tindakan yang saling tergantung antara 2 orang. Relasi adalah semua hal tentang apa yang dipikirkan oleh 2 orang manakala melakukan hal bersama-sama.

2. Cognitive Constructs
Relasi sebagai suatu konstruksi kognitif di dalam pikiran kita manakala kita memikirkan satu sama lain. Relasi adalah cara kita memikirkan perilaku kita.

3. Mini-culture
Relasi bukan sebagai pandangan individu, melainkan pemahaman bersama. Ketika 2 orang melakukan hubungan antar pribadi, mereka menciptakan kultur kecil-kecilan, mengembangkan persepsi bersama dan peran masing-masing.

4. Collections of Contradictory forces
Relasi sebagai sekumpulan kekuatan yang saling berlawanan. Relasi adalah suatu dialog antar 2orang yang saling mempunyai perbedaan pandangan, masing2 pernyataan sebagai ungkapan hati, tetapi kenyataannya saling berbeda.

Creating an Effective Helping Relationship
(Bradford W Sheafor & Charles R Horejsi : 2003)
Apologi : penerapan metode dan teknik dalam praktek pertolongan sangatdibutuhkan, tetapi tanpa adanya relasi yang positif antara pekerjasosial dengan klien, perubahan pada diri klien tidak akan terjadi

Beberapa kondisi dasar dalam relasi pertolongan :
1. Empathy ;
menunjuk pada kemampuan pekerja sosial untuk memahamidengan tepat perasaan dan pengalaman subjektif yang dialami klien
• Mendengarkan secara aktif apa yang dikatakan klien, merupakanteknik untuk memunculkan empati terhadap klien
2. Positive Regard ;
Keyakinan bahwa klien adalah orang yang berhargadan memperlakukan mereka secara hormat, dengan mengabaikan ;penampilan mereka, perilaku, keadaan hidupnya atau memberikanalasan mengapa mereka menjadi klien.
Positive regard
diperlukanbagi pekerja sosial untuk menangkis kecenderungan memberikanpenilaian bahwa klien adalah orang yang telah berbuat kesalahan.
3. Personal Warmth ;
pekerja sosial harus menampilkan diri sebagaipribadi yang ramah/hangat
4. Genuineness ;
Pekerja sosial harus memperlihatkan keaslian yangmuncul secara spontan (tidak dibuat-buat), dan tidak bersikapbertahan, apa yang dikatakan harus sesuai dengan apa yangdilakukan, berbicara benar-benar keluar dari hati.
Guna mendemontrasikan perasaan
empathy, positive regard, personal warmth, dan genuine, maka beberapa hal penting bagi pekerja sosialdalam menciptakan relasi pertolongan yang efektif, juga harus :


Concreteness; mampu berkomunikasi dengan menyampaikangagasan dan pemikiran yang jelas dan spesifik
Competence; berkompeten dalam melaksanakan tugas dan aktivitasprofesional
Objectivity ; tidak biss dan mampu menghargai adanya pandanganyang berbeda

Etika dalam Komunikasi Antarpribadi

Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa , “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. “ Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.


“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung.”


Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat mnyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok.


2.2 Macam – Macam Interaksi Sosial


Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu :


1.Interaksi antara individu dan individu


Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif maupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan)


2.Interaksi antara individu dan kelompok


Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam – macam sesuai situasi dan kondisinya.


3.Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok


Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.



2.3 Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial



Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :


a. Kerja sama


Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.


b. Akomodasi


Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok – kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.


c. Asimilasi


Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran



d. Akulturasi


Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur – unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.



a. Persaingan


Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.


b. Kontravensi


Adalah bentuk sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang – terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur – unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.


c. Konflik


Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibatnya adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.


2.6 Etika dan Komunikasi Dalam Interaksi Sosial

Dalam kehidupan sehari – hari manusia tidak akan pernah lepas dari komunikasi. Dari mulai kita bangun tidur sampai kemudian tertidur kembali, komunikasi selalu menjadi kegiatan utama kita entah itu komunikasi verbal atau non verbal, entah itu komunikasi antar pribadi atau komunikasi organisasi.

Hal seperti ini memang telah menjadi kodrat kita sebagai seorang yang memang tidak dapat hidup sendiri. Kita selalu membutuhkan orang lain disekitar kita, walaupun hanya untuk sekedar melakukan obrolan basa – basi karena manusia adalah makhluk sosial dan dari dalam interaksi itulah manusia lambat laun menciptakan nilai – nilai bersama yang kemudian disebut sebagai kebudayaan.


Dalam nilai – nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi ? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.


Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak danmemperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Dari mulai cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.



ETIKA



Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu :

Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral, “sistem tentang bagaiman kita harus hidup secara baik sebagai manusia.”


ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Persoalan eika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk komunikasi antar pribadi sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benar – salah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga komunikator secara sadar memilih tujuan – tujuan tertentu yang ingin dicapai dan cara – cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator bertujuan menyampaikan informasi, meningkatkan pemahaman seseorang, memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai – nilai yang penting, memperlihatkan eksistensi dan relevansi suatu persoalan sosial, memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian – pertikaian etika yang potensial terpadu dalam upaya – upaya simbolik sang komunikator. Demikianlah keadaannya pada sebagian besar komunikasi pribadi, baik komunikasi antara 2 orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial maupun dalam hubungan masyarakat.







Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu – satunya hewan, “yang secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika. Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi antar pribadi ? Jelas dengan menghindari pembicaraan mengenai etika dalam komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran : (1) setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak perlu dibahas: (2) karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka masalah etika tidak relevan: (3) penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara pribadi sehingg tak ada jawaban pasti: (4) menilai etika orang lain itu menunjukan keangkuhan atau bahkan tidak sopan.


Secara potensial timbul ketegangan antara “kenyataan” dan “keharusan”, antara yang actual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektifitas teknik, proses dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika tentang pengunaan teknik – teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus, memakai berbagai macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian khalayak, melainkan masalah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan – tujuan etika itu tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.

Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi pribadi menilai etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan berbeda – beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempetimbangkan etika. Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada mmeskipun tidak terpecahkan atau tidak terjawab.

Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak?Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi atau pun tidak resmi, upaya komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan karena alasan lain, selain alas an pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan kesuksesan komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.

Konsep diri dan komunikasi antar pribadi

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Pada kali ini saya akan menjabarkan bagaimana pentingnya konsep diri dalam kehidupan. Sebelumnya apa sih konsep diri itu? Jenis-jenis Konsep Diri itu apa saja?

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Paraahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
Pengertian Konsep Diri

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu

Read more: Pengertian Konsep Diri | belajarpsikologi.com








Definisi KAP

KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).

KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksiverbaldan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.

KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.

Pendekatan KAP

Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:
Komponen-komponen utama.
Hubungan diadik.
Pengembangan

Komponen-Komponen Utama

Bittner (1985:10) menerangkan KAP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasiberupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).

Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri: 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut:
Bersifat spontan.
Tidak berstruktur.
Kebetulan.
Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.
Identitas keanggotaan tidak jelas.
Terjadi sambil lalu.

Hubungan Diadik

Hubungan diadik mengartikan KAP sebagai komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.

Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah:
Spontan dan informal.
Saling menerima feedback secara maksimal.
Partisipan berperan fleksibel.

Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalamkeluargamenunjukkan jaringan komunikasi.

Pengembangan

KAP dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dankomunikasipribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalamaninformasi sehingga merubah sikap.

Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antar pribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.

Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis prosesKAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melaluiproses komunikasi.

Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah:
Arus pesan dua arah.
Konteks komunikasi dua arah.
Tingkat umpan balik tinggi.
Kemampuan mengatasi selektivitas tinggi.
Kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat.
Efek yang terjadi perubahan sikap.

Efektifitas KAP

KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atauperilakuseseorang.

Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut:
Keterbukaan (openess).
Empati (empathy).
Dukungan (supportiveness).
Rasa positif (positiveness).
Kesetaraan (equality).

Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mendasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.

David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah:
Peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya.
Tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik.
Individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana meresponinformasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipankomunikasi.
Terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.

Berlo membagi teori empati menjadi dua:
Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri.
Teori Pengambilan Peran (role taking theory), seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.

Tahapan proses empati :
Kelayakan (decentering).
Pengambilan peran (role taking).
Empati komuniksi (empathic communication).

Kelayakan (decentering)

Bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan dan dikatakan orang lain tersebut.

Pengambilan peran (role taking)

Mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.
Tingkatan dalam pengambilan peran:
Tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.
Tingkatan sosiologis (sociological level), mendasarkan pada asumsi sebagiankelompokbudaya.
Tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.

Empati komunikasi (empathic communication)

Empati komunikasi meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/perilaku penerima.

Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya

Komunikasi nonverbal dalam komunikasi antar pribadi

Seperti kita ketahui, komunikasi manusia tidak hanya menggunakan simbol-simbol verbal melainkan juga simbol-simbol non verbal. Begitu juga halnya dalam komunikasi antarpribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan secara verbal, tetapi juga secara nonverbal. Pesan-pesan nonverbal tersebut bukan hanya memperkuat pesan verbal yang disampaikan, terkadang malah menyampaikan pesan tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan untuk menafsirkan dan memahami pesan-pesan nonverbal tersebut.

Sama halnya dengan bahasa verbal, pesan-pesan nonverbal pun terikat pada lingkungan budaya tempat komunikasi berlangsung. Oleh sebab itu, dalam komunikasi antarpribadi yang banyak menggunakan pesan-pesan nonverbal, diperlukan juga pemahaman atas lingkungan budaya tempat kita berkomunikasi. Tanpa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai ada kemungkinan komunikasi nonverbal disalah artikan atau disalah tafsirkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pengertian, fungsi dan jenis-jenis komunikasi nonverbal yang biasa kita pergunakan dalam kegiatan komunikasi kita sehari-hari. Komunikasi nonverbal ini pun sangat penting dipahami karena banyak dipergunakan dalam menampilkan atau menjaga citra seseorang. Dalam kampanye pemilihan presiden misalnya, seorang kandidat presiden harus menampilkan diri dengan sosok tertentu sebagai pesan nonverbal yang akan disampaikan pada calon pemilihnya. Dengan komunikasi nonverbal pulalah seorang guru menjelaskan materi pelajaran pada para siswanya selain menggunakan komunikasi verbal. Oleh karena komunikasi nonverbal pulalah, sinetron yang kita saksikan bisa lebih kita pahami maksudnya.




A. PENGERTIAN KOMUNIKASI NONVERBAL DAN BAHASA TUBUH

Dalam daftar istilah Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komprehensif dinyatakan, komunikasi nonverbal adalah ”semua eksprsi eksternal selain kata-kata terucap atau tertulis (spoken and written word), termasuk gerak tubuh, karakteristik penampilan, karakteristik suara, dan penggunaan ruang dan jarak (Fiske, 2004;281). Sedangkan Harris (1990:7) menyebutkan komunikasi nonverbal diacukan pada bahasa tubuh, seperti gerak-gerik tubuh. Pengertian yang lebih ringkas diberikan Jandt (1998:97) yang menyebut komunikasi nonverbal sebagai ”pesan yang disampaikan tanpa menggunakan kata-kata”. Namun, Jandt (1998:99) melihat pengertian komunikasi nonverbal ini secara sempit dan luas. Secara sempit komunikasi nonverbal sebagai ”penggunaan secara intensional seperti dalam penggunaan simbol nonlisan untuk mengkomunikasikan pesan tertentu”. Dari perspektif ini, komunikasi nonverbal merujuk pada tindakan sumber dan atribut-atribut yang tak sepenuhnya bersifat verbal. Sedangkan secara luas, menurut Jandt, komunikasi nonverbal mengacu pada unsur-unsur lingkungan yang dipergunakan manusia dalam berkomunikasi, seperti warna dinding tempat percakapan berlangsung.

Berdasarkan pengertian luas tersebut maka kita bisa membedakan dengan tegas antara komunikasi nonverbal dan bahasa tubuh. Namun, sebelum membahas lebih lanjut mengenai kaitan komunikasi nonverbal dan bahasa tubuh itu, kita akan melihat dulu pengertian bahasa tubuh. Secara sederhana bahasa tubuh dapat diartikan, ”penyampaian pesan nonlisan yang menggunakan kemampuan seluruh anggota badan untuk menyampaikan pesan”, seperti menggunakan gerak tubuh, mimik wajah, isyarat tangan dan jarak tubuh. Pease (1987) menyebut bahasa tubuh itu mencakup mulai dari isyarat tangan, isyarat mata, posisi tubuh hingga jarak yang dibangun antara dua orang yang berbicara.

Dengan demikian, kita bisa menyatakan, bahasa tubuh merupakan bagian dari komunikasi nonverbal. Dalam ungkapan yang lebih populer, bahasa tubuh merupakan komunikasi nonverbal, namun tidak semua nonverbal menggunakan bahasa tubuh. Oleh karena bisa saja komunikasi nonverbal itu menyampaikan pesan melalui warna dinding rumah, pakaian seragam yang digunakan atu merek dan jenis mobil yang dipilih.

B. FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL

Jandt (1998:100-101) menyebutkan beberapa fungsi komunikasi nonverbal dalam komunikasi manusia, yaitu sebagai berikut.

1. Menggantikan pesan lisan, yang biasanya dilakukan bila situasi tak memungkinkan untuk menyampaikan pesan lisan. Misalnya, dalam kebisingan saat menyaksikan konser musik maka orang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat.

2. Menyampaikan pesan-pesan yang enak disampaikan secara lisan, adakalanya kita merasa sulit untuk mengungkapkan sesuatu dengan kata-kata dan merasa lebih nyaman menyampaikannya dengan menggunakan isyarat tanpa merasa menyinggung perasaan atau mempermalukan. Misalnya, sepasang ABG yang jatuh cinta merasa malu untuk menyatakan rasa cintanya secara verbal, namun mereka lebih mengungkapkannya dengan pandangan mata atau keadaan fisik.

3. Membentuk kesan yang mengarahkan komunikasi, ada saatnya kita mengelola kesan orang lain terhadap diri kita melalui pesan nonverbal. Misalnya, saat melamar kerja pada saat diwawancara kita mengenakan pakaian yang serapi dan sesopan mungkin.

4. Memperjelas relasi, mengingat pesan komunikasi itu mengandung isi dan informasi tentang relasi. Isi berkaitan dengan pokok yang disampaikan dalam pesan. Informasi relasi terkait dengan relasi di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Begitu informasi relasi sulit diumgkapkan secara verbal maka komunikasi nonverbal yang mengambil alihnya. Misalnya, untuk menunjukan ”akulah yang paling berkuasa disini” dengan menggenakan pakaian kebesaran atau simbol-simbol kekuasaan seperti jenjang kepangkatan.

5. Mengatur interaksi, ini terjadi, misalnya manakala kita terlibat dalam percakapan antarpribadi. Lawan bicara kita terus saja berbicara sehingga sepertinya tak memberikan kesempatan pada kita untuk berbicara. Kita mengangkat tangan yang menunjukan kita meminta waktu dan kesempatan unutk berbicara.

6. Memperkuat dan memodifikasi pesan-pesan verbal, isyarat-isyarat nonverbal dapat menjadi mata pesan yang mempengaruhi penyandibalikan (decoding) pesan. Misalnya, apabila kita menceritakan terjadinya tabrakan kereta api, kita menggunakan tangan kanan dan tangan kiri untuk menggambarkan tabrakan itu.

Sedangkan Wood (1994:152-155) menyebut ada 3 (tiga) fungsi komunikasi nonverbal, yaitu:
komunikasi nonverbal melengkapi komunikasi verbal;
komunikasi nonverbal mengatur interaksi;
komunikasi nonverbal membangun relasi tingkatan makna, yang pada dasarnya terdiri dari tiga dimensi-dimensi primer relasi tingkat makna, yaitu responsivitas, menunjukan suka-tidak suka, dan kekuasaan atau kontrol.

Dengan fungsi-fungsinya seperti sudah kita bahas tadi maka jelas komunikasi nonverbal merupakan salah satu bagian penting komunikasi manusia. Hubungan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal berdasarkan fungsi-fungsi di atas, bisa menggantikan komunikasi verbal. Namun, yang terasa lebih banyak adalah saling menguatkan dan saling melengkapi antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Pesan-pesan yang disampaikan secara verbal diperkuat dan dilengkapi dengan pesan-pesan nonverbal. Sebagai contoh, perhatikan sajalah peminta-minta di jalan yang cara bicaranya memelas, berpakian lusuh, posisi badan membungkuk dan tangan dijulurkan sambil berbicara, ”Kasihaaaan, pak” atau ”kasihaaaaaaan, bu”.

Komunikasi verbal digantikan komunikasi nonverbal yang paling mudah kita temukan adalah rambu lalu lintas. Bisa dibayangkan apabila pak polisi harus menyampaikan secara verbal bahwa di ruas jalan ini kendaraan dilarang parkir, di lajur sebelah sana kendaraan dilarang berhenti. Kita tentunya akan membutuhkan sangat banyak polisi lalu lintas karena menyampaikan pesan-pesan seperti kepada pengguna jalan raya atau kalau rambu lalu-lintas tersebut bukan dalam bentuk komunikasi nonverbal melaikankan komunikasi verbal maka akan sangat besar ukurannya karena harus memuat tulisan yang cukup panjang dan berukuran besar agar bisa terbaca oleh pengguna jalan raya, seperti penunjuk arah tempat di jalan.

Komunikasi antar pribadi dalam komunikasi manusia

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999).

Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya.


Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss (dalam Deddy Mulyana, 2005) mengatakan ciri-ciri komunikasi diadik adalah:

· Peserta komunikasi berada dalam jarak yang dekat.
· Peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun nonverbal.

Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggihpun.

Jalaludin Rakhmat (1994) meyakini bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh:

1. Persepsi interpersonal
2. Konsep diri
3. Atraksi interpersonal, dan
4. Hubungan interpersonal.

Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi terjadi secara tatap muka (face to face) antara dua individu.

Dalam pengertian tersebut mengandung 3 aspek:

l. Pengertian proses, yaitu mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung terus menerus.
2. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
3. Mengandung makna, yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan yang digunakan dalam proses komunikasi.


Dari ketiga aspek tersebut maka komunikasi antar pribadi menurut Judy C. Pearson memiliki karakteristik sebagai berikut:


1. Komunikasi antar pribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

2. Komunikasi antar pribadi bersifat transaksional. Anggapan ini mengacu pada pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak dan bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

3. Komunikasi antar pribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi antar pribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi.

6. Komunikasi antar pribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada pasangan maka tidak dapat diubah. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapus yang sudah dikatakan.

komunikasi antar pribadi berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.


Fungsi psikologis

Hal terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi antar pribadi pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi si pengamat. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua dimensi, yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya.

Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati. Proses interpretasi ini setiap individu berbeda. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda pula


Faktor-faktor yang mempengaruhi individu dalam komunikasi antar pribadi

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa komunikasi antarpribadi dimulai dari diri individu. Tampilan komunikasi yang muncul dalam setiap kita berkomunikasi mencerminkan kepribadian dari setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan keperibadian setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Dalam modul ini realita komunikasi antarpribadi dianalogikan seperti fenomena gunung es (the communication iceberg).


Analogi ini menjelaskan bahwa ada berbagai hal yang mempengaruhi atau yang memberi kontribusi pada bagaimana bentuk setiap tampilan komunikasi.

Gunung es yang tampak, dianalogikan sebagai bentuk komunikasi yang teramati atau terlihat (visible/observable aspect) yaitu:

· Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi seperti pembicara, penulis, pendengar, pembaca dengan berbagai situasi yang berbeda.

· Symbol. Terdiri dari symbols (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan symbolic language (bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dll)

· Media, saluran yang digunakan dalam setiap situasi komunikasi.

Sedangkan bagian bawah gunung es yang menjadi penyangga gunung es itu tidak tampak atau tidak teramati. Inilah yang disebut sebagai invisible/unobservable aspect. Justru bagian inilah yang penting. Walaupun tak tampak karena tertutup air, dia menyangga tampilan gunung es yang muncul menyembul kepermukaan air. Tanpa itu gunung es tidak akan ada. Demikian halnya dengan komunikasi, di mana tampilan komunikasi yang teramati/tampak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tidak terlihat, tapi terasa pengaruhnya, yaitu:



1. meaning (makna).

Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya. Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon mewakili tumbuhan dsb.


2. learning.

Interpretasi makna terhadap simbol muncul berdasarkan pola-pola komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.

Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya.
Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal.
Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning (belajar) dari lingkungan.


3. subjectivity.

Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama.
Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.

4. Negotiation.


Komunikasi merupakan pertukaran symbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling pengertian.
Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna.
Masing-masing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.


5. Culture.

Setiap individu adalah hasil belajar dari dan dengan orang lain.
Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
Melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat.
Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi.
Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah
Budaya menciptakan cara pandang (point of view)


6. Interacting levels and context.

Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.


7. Self reference.

Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.


8. Self reflexivity.

Kesadaran diri (self-cosciousnes)merupakan keadaan dimana seseorang memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.


9. Inevitability.

Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.



Berbagai aspek yang dibahas di atas menegaskan bahwa suatu proses komunikasi secara fisik terlihat sederhana, padahal jika kita mellihat pola komunikasi yang terjadi itu menjelaskan kepada kita sesuatu yang sangat kompleks. Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa komunikasi antarpribadi bukanlah sesuatu yang sederhana.


Dalam sudut pandang psikologis komunikasi antar pribadi merupakan kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih yang memiliki tingkat kesamaan diri. Saat dua orang berkomunikasi maka keduanya harus memiliki kesamaan tertentu, katakanlah laki-laki dan perempuan. Mereka secara individual dan serempak memperluas diri pribadi masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan, keyakinan, atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak komunikasi.

Pentingnya proses psikologis hendaknya dipahami secara cermat, artinya proses intrapribadi dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang sama dengan hubungan antarpribadi. Apa yang terjadi dalam diri individu bukanlah komunikasi antarpribadi melainkan proses psikologis. Meskipun demikian proses psikologis dari tiap individu pasti mempengaruhi komunikasi antar pribadi yang pada gilirannya juga mempengaruhi hubungan antarpribadi.



TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI:

1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
2. Mengetahui dunia luar
3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna
4. Mengubah sikap dan perilaku orang lain
5. Bermain dan mencari hiburan
6. Membantu orang lain

CIRI-CIRI KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI:


1. Komunikasi antar pribadi biasanya terjadi secara spontan dan sambil lalu
2. Komunikasi antar pribadi tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu
3. Komunikasi antar pribadi terjadi secara kebetulan diantara peserta yang tidak mempunyai identitas jelas
4. Komunikasi antar pribadi mempunyai akibat yang disengaja maupun yang tidak diseangaja
5. Komunikasi antar pribadi seringkali berlangsung berbalas-balasan
6. Komunikasi antar pribadi menghendaki paling sedikit melibatkan hubungan 2 orang dengan suasana yang bebas, bervariasi dan adanya keterpengaruhan
7. Komunikasi antar pribadi tidak dikatakan tidak sukses jika tidak membuahkan hasil
8. Komunikasi antar pribadi menggunakan lambang-lambang bermakna.


Sebagai suatu proses, komunikasi antar pribadi memiliki beberapa prinsip :

· komunikasi tidak terelakkan
· komunikasi tidak dapat dirubah
· komunikasi mempunyai dimensi isi dan hubungan
· komunikasi merupakan proses penyesuaian diri
· komunikasi dilihat sebagai hubungan simetris atau komplementer